|
||||||
|
Kamis, 10 Januari 2013
KUTAI TEMPO DOELOE
WISATA KUTAI
WISATA KUTAI
PETA WISATA KUTAI
Bukit Bangkirai, Kawasan Wisata Alam yang Mempesona | |||||||||||||||
KutaiKartanegara.com 09/03/03
Jika anda ingin berwisata di akhir pekan, kawasan wisata alam Bukit Bangkirai yang terletak di Kecamatan Samboja mungkin dapat dijadikan pilihan liburan bersama keluarga, relasi atau kekasih. Di kawasan Bukit Bangkirai ini, wisatawan dapat menikmati suasana hutan hujan tropis yang masih alami dan bahkan kicauan burung dan suara-suara satwa hutan lainnya pun masih dapat didengarkan.
Tak hanya itu, para wisatawan yang
memiliki masalah berada di ketinggian mungkin dapat mencoba tantangan untuk meniti canopy
bridge atau jembatan tajuk yang digantung menghubungkan 5 pohon Bangkirai. Tentunya
ada perasaan ngeri namun mengasyikkan bila menyusuri jembatan gantung di ketinggian 30
meter dari muka tanah sementara desiran angin yang sejuk cukup membuat bulu kuduk
merinding, apalagi jembatan semakin berayun-ayun di saat kita baru mencapai separo jalan.
Tapi bagi yang jiwanya tidak
memiliki masalah terhadap ketinggian, berjalan menyusuri canopy bridge sungguh
menyenangkan. Dari atas canopy bridge, wisatawan dapat dengan leluasa melihat panorama
hutan hujan tropis (tropical rain forest) Bukit Bangkirai serta mengamati dari dekat
formasi tajuk tegakan "Dipteropcarpaceae" yang menjadi ciri khas hutan hujan
tropis, yang membentuk stratum atas yang saling sambung menyambung.
Panjang keseluruhan canopy bridge
yang ada di Bukit Bangkirai adalah sepanjang 64 meter yang menghubungkan 5 pohon
Bangkirai. Untuk mencapai canopy bridge, terdapat dua menara dari kayu ulin yang didirikan
mengelilingi batang pohon Bangkirai.
"Canopy bridge yang ada di
Bukit Bangkirai ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia dan yang kedelapan
di dunia. Konstruksinya dibuat di Amerika Serikat, dan dari segi keamanan juga cukup
terjamin." kata Ir Ruspian Noor, salah seorang petugas dari PT Inhutani I.
Sebagai kawasan wisata alam, berbagai sarana dan prasarana telah dipersiapkan bagi para wisatawan yang datang seperti restoran dengan menu yang cukup bervariasi, lamin untuk pertemuan yang mampu menampung 100 orang, serta penginapan berupa cottage dengan fasilitas AC maupun jugle cabin, yakni cottage yang tidak dilengkapi fasilitas listrik sehingga wisatawan yang menginap disitu dapat merasakan suasana hutan yang sebenarnya.
Kawasan Bukit Bangkirai yang
luasnya mencapai 1.500 hektare ini merupakan kawasan hutan konservasi yang mempunyai peran
penting untuk mengembangkan monumen hutan alam tropika basah yang dapat dijadikan sebagai
sarana pendidikan lingkungan dan kehutanan.
Kawasan hutan wisata ini bertujuan
untuk mengembangkan potensi wisata alam dan penelitian ilmiah serta meningkatkan kecintaan
masyarakat terhadap lingkungan dan hutan. Pada tanggal 14 Maret 1998, 510 hektare dari
kawasan ini diresmikan sebagai kawasan wisata oleh Djamalludin Suryohadikusumo, Menteri
Kehutanan RI pada Kabinet Pembangunan VI sebagai upaya pengembangan potensi wisata alam
dan ilmiah serta untuk meningkatkan kecintaan terhadap lingkungan terutama pada flora dan
fauna.
Kawasan wisata alam ini diberi nama
Bukit Bangkirai karena dominannya pohon jenis Bangkirai yang tumbuh di kawasan hutan
lindung ini. Pohon Bangkirai pun kemudian dijadikan maskot utama obyek wisata yang telah
mendunia ini. Di kawasan ini banyak terdapat pohon Bangkirai yang berumur lebih dari 150
tahun dengan ketinggian mencapai 40 hingga 50 m, dengan diameter 2,3 m. Pertumbuhan banir
(akar papan) yang besar dan kuat menjadikan pohon ini memiliki nilai keindahan tersendiri.
Bukit Bangkirai terletak sekitar 150
km dari kota Tenggarong atau Samarinda dan hanya sekitar 58 km dari arah kota Balikpapan
serta 20 km dari ibukota Kecamatan Samboja. Untuk mencapai kawasan wisata alam ini,
wisatawan dapat menempuhnya melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan roda empat
maupun roda dua.
Secara geografis, kawasan
Bukit Bangkirai termasuk dataran rendah (primary lowland) "Dipterocarp forest"
yang stabil, sehingga kawasan ini dijadikan tempat invasi burung dari wilayah Kawasan
Hutan Taman Wisata Bukit Soeharto (sekitar 30 km) maupun wilayah sekitarnya yang terkena
pengaruh kebakaran hutan. Dari pengamatan yang telah dilakukan, terdapat 113 jenis
burung yang hidup di kawasan Bukit Bangkirai ini.
Jenis-jenis fauna yang ada di
kawasan Bukit Bangkirai adalah Owa-Owa (Hylobates muelleri), Beruk (Macaca nemestrina),
Lutung Merah (Presbytus rubicunda), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Babi Hutan
(Susvittatus), Bajing Terbang (Squiler) serta Rusa Sambar (Corvus unicolor) yang telah
ditangkarkan.
Kawasan Bukit Bangkirai juga
kaya akan anggrek alam yang tumbuh secara alami di pepohonan yang masih hidup maupun yang
sudah mati. Sedikitnya ada 45 jenis anggrek yang dapat dijumpai di kawasan ini,
diantaranya adalah Anggrek Hitam (Coelegyne pandurata) yang sangat terkenal dan menjadi
salah satu maskot Kalimantan Timur. Selain pembudidayaan anggrek-anggrek alam, juga
dilakukan pengembangan anggrek silangan seperti Anggrek Kala, Anggrek Apple Blossom dan
Anggrek Vanda. Selain kebun anggrek, kawasan wisata alam ini juga dilengkapi dengan kebun
buah-buahan seluas 4 hektare.
Untuk menjaga keutuhan dan
kelestarian pohon bangkirai di kawasan ini, pihak pengelola Bukit Bangkirai menawarkan
program Adopsi Pohon kepada para sponsor atau donatur untuk menjadi "orangtua
asuh" bagi pohon-pohon bangkirai yang dikehendaki. Saat ini pengadopsian pohon
tersebut banyak dilakukan oleh pihak VIVO JICA Japan. Anda tertarik untuk mengadopsi
sebuah pohon? Datanglah ke Bukit Bangkirai, berekreasi sambil melestarikan alam. (win)
|
Waduk Panji Sukarame yang Masih Diminati Wisatawan Lokal | ||||||||||||
KutaiKartanegara.com 29/11/03 22:57 WITA
Walau kalah pamor dibandingkan pusat rekreasi Pulau Kumala ataupun Museum Mulawarman, kawasan wisata alam Waduk Panji Sukarame yang terletak sekitar 3 km dari pusat kota Tenggarong tampaknya masih tetap diminati para wisatawan lokal atau pelancong dari kota-kota utama di Kaltim.
Terutama pada hari Sabtu dan Minggu
atau hari libur nasional, kawasan waduk yang tak lagi difungsikan untuk pengairan ini
selalu saja dikunjungi rombongan pelancong atau pasangan muda-mudi dari luar kota seperti
Samarinda, Balikpapan, Bontang maupun kota-kota lainnya.
Untuk memasuki Waduk Panji Sukarame
dikenakan karcis masuk sebesar Rp 500 per orang baik dewasa maupun anak-anak. Selanjutnya
para pelancong dapat berjalan kaki mengitari kawasan ini, melihat-lihat koleksi tanaman
anggrek atau bersantai duduk-duduk dibawah pepohonan yang rindang sambil menikmati suasana
hutan yang tenteram dan sejuk.
"Banyak juga yang datang kesini
berombongan hanya untuk beristirahat makan siang seperti rombongan dari Bontang
itu," ujar Amat, salah seorang petugas loket Waduk Panji Sukarame, sambil menunjuk
kearah rombongan pelancong yang sedang menyantap makanan dibawah pepohonan. Rombongan yang
terdiri dari sekitar 40 orang tersebut tampak dengan lahap menikmati makanan yang mereka
bawa sendiri.
Menurut Amat, biasanya para
pelancong dari luar kota tersebut baru mengunjungi Waduk Panji Sukarame setelah berwisata
ke Museum Kayu yang letaknya tak jauh dari waduk atau setelah mengunjungi Museum
Mulawarman.
Disinggung mengenai tingkat
kunjungan ke Waduk Panji Sukarame selama libur lebaran beberapa hari ini, dikatakan oleh
Amat bahwa pada hari kedua lebaran cukup ramai dikunjungi. Kemudian pada hari ketiga dan
hari keempat kemarin (28/11) cukup sepi dan mulai ramai lagi pada hari ini.
"Kemungkinan besok Minggu juga ramai, dan biasanya ada hiburan band di rumah makan
itu," ujar Amat sambil menunjuk sebuah bangunan berlantai dua yang terletak di lereng
tepi waduk ini.
Tak Terurus
Sementara itu, salah seorang pelancong asal Samarinda menyayangkan kondisi Waduk Panji Sukarame yang terkesan tak terurus. "Seharusnya Pemda Kukar juga memperhatikan kawasan waduk ini, coba lihat banyak rumput atau tumbuhan liar menutupi permukaan waduk. Andai dibersihkan kemudian diberi permainan sepeda air, mungkin lebih banyak lagi wisatawan yang datang kesini," kata Lukman, warga Sempaja, Samarinda.
Pendapat pelancong tersebut memang
ada benarnya, hampir 70% permukaan waduk hanya terdiri rerumputan dan tanaman liar yang
tumbuh dengan subur. Pemandangan yang sama juga terlihat disekitar kapal
Kartanegara, tanaman-tanaman liar tampak tumbuh subur disekeliling kapal bersejarah
pemberian Ratu Belanda kepada Sultan Kutai tersebut.
Menurut Lukman yang datang bersama 3
orang temannya ini, jika Waduk Panji Sukarame didandani atau dipercantik lagi, tak menutup
kemungkinan kawasan ini juga berpotensi dalam mendongkrak PAD Kukar dari sektor
pariwisata. "Jangan hanya Pulau Kumala saja dong yang giat dibangun," demikian
katanya. Bagaimana Dinas Pariwisata Kukar? (win)
|
Menengok Museum Kayu Tuah Himba di Tenggarong | |||||||||
KutaiKartanegara.com 06/12/03 20:20 WITA
Para pelancong atau wisatawan yang berkunjung ke 'Kota Raja' Tenggarong memiliki banyak pilihan untuk menghabiskan liburan bersama keluarga. Salah satunya adalah dengan mengunjungi Museum Kayu "Tuah Himba" yang terletak di kawasan Waduk Panji Sukarame atau sekitar 3 km dari pusat kota Tenggarong.
Dengan berkunjung ke Museum Kayu
Tuah Himba, pelancong dapat menambah wawasan atau pengetahuan dengan melihat-lihat
beraneka macam koleksi yang berkaitan dengan kehutanan. Beraneka koleksi yang disajikan
tersebut diantaranya adalah koleksi daun-daun kering (herbarium), koleksi biji-bijian,
koleksi potongan log atau batang pohon yang tumbuh di pulau Kalimantan, alat-alat pengolah
kayu, alat-alat dapur tradisonal hingga perabot rumah tangga yg terbuat dari hasil hutan
Kalimantan.
Selain menampilkan hasil-hasil
hutan, daya tarik utama yang disajikan Museum Kayu Tuah Himba yang menyedot perhatian
pelancong umumnya adalah koleksi dua ekor 'monster' buaya yang telah diawetkan. Kedua ekor
buaya muara (Crocodelus porosus) ini pernah menggegerkan masyarakat Kaltim pada tahun 1996
karena telah memangsa dua manusia di dua tempat terpisah yakni Sangatta (Kabupaten Kutai
Timur) dan Muara Badak (Kukar) dalam selisih waktu hanya satu bulan.
Kedua buaya ini setelah dibunuh
untuk mengeluarkan potongan tubuh korban yang tertinggal didalam perutnya, kemudian
diawetkan untuk dipajang di Museum Kayu Tuah Himba. Siapa pun yang melihat buaya yang
ditaruh dalam etalase kaca ini akan bergidik jika membayangkan buaya yang badannya 2-3
kali tubuh manusia tersebut benar-benar hidup.
Buaya pertama ditangkap pada 8 Maret
1996 di sungai Kenyamukan, Kecamatan Sangatta (waktu itu masih masuk wilayah Kabupaten
Kutai sebelum pemekaran) setelah memangsa seorang wanita bernama Ny Hairani (35). Buaya
jantan berusia sekitar 70 tahun dengan jenis kelamin jantan ini memiliki panjang sekitar
6,6 meter, berat 350 kg dan lingkar perut 1,8 meter.
Sementara buaya kedua dengan jenis
kelamin betina yang memangsa pria bernama Baddu (40) di Tanjung Limau, Kecamatan Muara
Badak (Kabupaten Kukar) berhasil ditangkap pada tanggal 10 April 1996. Buaya ini memiliki
panjang 5,5 meter, berat 200 kg deng lingkar perut sekitar 1 meter.
Untuk melengkapi informasi mengenai
kedua buaya yang telah diawetkan ini, pengelola Museum juga memajang guntingan koran yang
berisi berita mengerikan mengenai buaya yang memangsa manusia ini, termasuk berita
tertangkapnya buaya ini oleh pawang buaya yang sangat berpengalaman di Kutai.
Dengan karcis masuk hanya sebesar Rp
500 per orang baik untuk dewasa maupun anak-anak, para pelancong dapat memasuki Museum
Kayu Tuah Himba untuk melihat-lihat koleksi hasil hutan dan dua buaya yang telah diawetkan
tersebut. Museum Kayu ini buka hampir setiap hari, kecuali hari Senin. (win)
|
Museum Mulawarman, Obyek Wisata yang Masih Jadi Primadona | ||||||||||||
KutaiKartanegara.com 18/01/04 20:20 WITA
Salah satu obyek wisata bersejarah di kota Tenggarong yang saat ini masih menjadi primadona pariwisata Kutai Kartanegara adalah Museum Mulawarman. Setiap hari libur, bekas keraton atau istana Kesultanan Kutai Kartanegara ini tak pernah sepi dari kunjungan para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Bangunannya yang megah dan
didominasi warna putih menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk selalu
menyempatkan diri berpose didepan keraton yang dirancang dengan gaya arsitektur kolonial
ini. Bangunan ini sendiri dirancang oleh Estourgie dari Hollandsche Beton Maatschappij
(HBM) yang dibangun pada tahun 1936 tepat pada masa pemerintahan Sultan Adji Mohamad
Parikesit.
Begitu memasuki ruang pertama
Museum, kita dapat melihat benda-benda bersejarah peninggalan Kesultanan Kutai Kartanegara
seperti singgasana Sultan Kutai yang diapit dua arca Lembu Swana, sementara di latar
belakangnya terdapat dua mozaik gambar Sultan Kutai Kartanegara ke-17 AM Soelaiman dan
Sultan Kutai Kartanegara ke-18 AM Alimoeddin. Selain itu ada pula lukisan Sultan AM
Parikesit, payung kebesaran Kesultanan serta tiga buah patung perunggu dari Eropa.
Masih banyak lagi koleksi
benda-benda peninggalan Kesultanan Kutai Kartanegara yang dapat dilihat melalui Museum
Mulawarman, misalnya lemari kristal yang didalamnya tersusun rapi seperangkat alat upacara
Pangkon Perak, perhiasan, keris dan tombak, kursi santai yang biasa digunakan Sultan untuk
beristirahat, ada pula rehal atau alas kitab suci Al Qur'an dan kursi yang terbuat dari
tanduk rusa Siberia dan tanduk rusa lokal yang biasa digunakan keluarga Sultan untuk
mengaji.
Memasuki bagian dalam Museum,
koleksi yang disajikan makin beragam. Ada benda-benda arkeologi berupa prasasti dan
arca-arca peninggalan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yakni Kerajaan Kutai Martadipura
yang terkenal dengan rajanya Mulawarman. Selain itu, ada pula koleksi hasil tenunan dari
suku Dayak Benuaq yang dikenal dengan nama ulap doyo lengkap dengan alat tenun
tradisionalnya. Ada pula koleksi ukiran-ukiran khas dari suku Dayak Kenyah, Benuaq,
Busang, Modang, Punan dan etnis Dayak lainnya.
Sementara pada ruang bagian
belakang, kita dapat menyaksikan minirama mengenai lahirnya Aji Batara Agung Dewa Sakti
yang kemudian menjadi raja Kutai Kartanegara pertama, lahirnya Puteri Karang Melenu yang
kemudian menjadi permaisuri raja Kutai Kartanegara pertama, ada pula minirama pertambangan
batubara, industri kayu, tanaman khas Kalimantan, Pesut Mahakam dan masih banyak lagi.
Selain itu, terdapat pula koleksi
uang kuno yang pernah beredar pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Jepang hingga
Indonesia merdeka. Sebelum keluar dari Museum Mulawarman, pengunjung terlebih dahulu
melewati ruang bawah tanah yang menyajikan koleksi ratusan keramik kuno buatan Cina,
Thailand, Vietnam, Jepang, Eropa dan masih banyak lagi.
Sajian koleksi Museum Mulawarman
ditutup dengan benda-benda koleksi nusantara seperti pakaian adat tiap provinsi di
Indonesia, miniatur candi Borobudur dan Prambanan, tenunan dari daerah Sumatera, senjata
tradisional serta alat musik tradisional.
Begitu keluar dari Museum
Mulawarman, pandangan kita akan tertuju pada sebuah bangunan kayu yang tak lain adalah
kompleks makam Sultan dan para kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara. Disinilah dapat
dijumpai makam pendiri kota Tenggarong Aji Imbut gelar Sultan AM Muslihuddin, makam Sultan
AM Sulaiman dan Sultan AM Parikesit.
Bagi pengunjung yang ingin melepas
lelah, di kompleks Museum Mulawarman juga terdapat warung-warung yang menyajikan aneka
makanan dan minuman. Tak hanya itu, kios-kios cenderamata juga tersedia bagi para
wisatawan yang ingin membawa pulang kenang-kenangan khas Kalimantan Timur. (win)
|
Sumber : http://www.kutaikartanegara.com
Pulau Derawan "Surga Dunia di Kaltim"
Yuk . . . Jalan-jalan ke Derawan - Kepulauan Derawan terletak di
Laut Sulawesi, di pantai Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, menghadap ke
mulut muara Sungai Kelai dikenal sebagai Delta dan Berau. Kepulauan ini
terdiri dari enam pulau besar, yaitu Derawan, Sangalaki, Kakaban,
Maratua, Long Island, Pulau Samama, dan beberapa pulau kecil dan gugus
karang.
Di pulau Derawan ada sejumlah objek wisata bahari menawan, salah satu
Taman Bawah Laut yang dicari turis asing, terutama para penyelam kelas
dunia. Setidaknya empat dari pulau-pulau yang terkenal, yaitu Maratua,
Derawan, Sangalaki, dan Kababan dihuni oleh satwa liar langka: penyu
hijau dan penyu sisik. Selain itu, ada juga pari manta yang menghuni
Sangalaki.
Cara Mencapai Kepulauan Derawan?
Jika berangkat dari Jakarta, maka Anda harus mengambil penerbangan ke
Balikpapan, kemudian dilanjutkan dengan penerbangan ke Tanjung Redep.
Sesampainya di Tanjung Redep diikuti dengan perjalanan ke darat
penyeberangan Tanjung Batu. Pulau Derawan dapat dicapai dari Tanjung
Batu dengan menggunakan speedboat. Selama berada di Kepulauan Derawan,
untuk mengunjungi pulau-pulau yang telah menggunakan speedboat sebagai
sarana transportasi.
Bagaimana Akomodasi Di Sana?
Anda dapat memilih akomodasi dengan harga mahal dan murah. Agen
perjalanan yang biasanya melayani wisatawan asing akan menawarkan harga
dalam dolar. Dengan harga kamar homestay yang harus dibayar sekitar Rp
100 ribu rupiah. Homestay dilakukan dengan memanfaatkan ruangan di rumah
penduduk setempat. Ada juga bungalow dengan kisaran harga Rp 300 ribu
hingga jutaan rupiah.
Bagaimana anda tertarik? Ayo langsung saja berlibur ke derawan dan
nikmati keindahannya.
Langganan:
Postingan (Atom)