Kamis, 10 Januari 2013

KUTAI TEMPO DOELOE

Kutai Tempo Doeloe





Keraton Sultan Kutai
Keraton pada masa Sultan Alimuddin sebelum dibongkar dan diganti dengan istana beton yang kokoh.
Majalah: Bintang Hindia, 1906
Koleksi: Royal University of Leiden, The Netherlands
Keraton Sultan Alimuddin
Keraton pada masa Sultan Alimuddin lengkap dengan lambang kerajaan.
Koleksi: J.R. Wortmann, Driebergen, The Netherlands
Kantor
Landschapskantor di Tenggarong pada tahun 1930. Bangunan kantor ini tinggal menjadi kenangan dan telah didirikan sebuah bangunan baru untuk Kantor Badan Pengawas Kab. Kutai di Jalan Diponegoro.
Koleksi: J.R. Wortmann, Driebergen, The Netherlands
Landschapshospitaal
Landschapshospitaal Balikpapan

Koleksi: J.R. Wortmann, Driebergen, The Netherlands

Sultan Sulaiman dan para menteri kerajaan
Foto kenangan Sultan Aji Muhammad Sulaiman bersama putra mahkota dan para menteri kerajaan.
Koleksi: J.R. Wortmann, Driebergen, The Netherlands
Gambar Sultan A.M. Sulaiman dan para Menteri
Gambar ilustrasi Sultan A.M. Sulaiman, putra mahkota dan para Menteri Kerajaan pada buku karangan Carl Bock. Berdiri: Aji Pangeran Sosronegoro, Aji Pangeran Sukmawira, Menteri Kedaton. Duduk: Sultan Aji Muh. Sulaiman dan putra mahkota, Aji Alimuddin.
Dari: The Head-Hunters of Borneo, Carl Bock, 1881

Sultan Aji Muhammad Sulaiman
Sultan Aji Muhammad Sulaiman
Koleksi: Donald P. Tick, Kepala Pusat Dokumentasi Sejarah2 Kerajaan di Indonesia (PUSAKA), Vlaardingen, The Netherlands
Sultan Alimuddin
Sultan Aji Muhammad Alimuddin (Sultan Kutai 1899-1910)
Koleksi: Donald P. Tick, Kepala Pusat Dokumentasi Sejarah2 Kerajaan di Indonesia (PUSAKA), Vlaardingen, The Netherlands
Sultan Alimuddin
Lukisan Sultan Aji Muhammad Alimuddin.
Dari: River of Gems: A Borneo Journal, Lorne Blair and Rio Helmi, Image Network Indonesia, 1991.
Sultan A.M. Parikesit
Sultan Aji Muhammad Parikesit (1920-1960)
Koleksi: Donald P. Tick, Kepala Pusat Dokumentasi Sejarah2 Kerajaan di Indonesia (PUSAKA), Vlaardingen, The Netherlands
Sultan A.M. Parikesit
Foto kenangan Sultan Aji Muhammad Parikesit dan Aji Pangeran Kartanegara beserta istri.
Koleksi: Donald P. Tick, Kepala Pusat Dokumentasi Sejarah2 Kerajaan di Indonesia (PUSAKA), Vlaardingen, The Netherlands
A.P. Sosronegoro dan isteri
Aji Amir Hasanuddin (gelar Aji Pangeran Sosronegoro) dan isteri. Beliau adalah pendiri Mesjid terbesar di kota Tenggarong yang kini dikenal dengan nama Masjid Jami' Hasanuddin.
Koleksi: Donald P. Tick, Kepala Pusat Dokumentasi Sejarah2 Kerajaan di Indonesia (PUSAKA), Vlaardingen, The Netherlands
Pernikahan Putri Ketiga Sultan Parikesit
Foto pernikahan putri ketiga Sultan Parikesit, Aji Putri Maha Dewi dengan Aji Mohd. Muhiddin, putra A.P. Ario Tjokro.
Repro: Donald P. Tick, 2002
Majalah: Pandji Poestaka, 1938
Koleksi: Royal University of Leiden, The Netherlands

Kraton Band
Pertunjukan musik Kraton Band. Tampak Sultan A.M. Parikesit (berdiri ditengah) sedang memainkan biola.

Repro: Donald P. Tick, 2002
Majalah: Pandji Poestaka, 1938
Koleksi: Royal University of Leiden, The Netherlands
Penobatan Ratu Wilhelmina, 1898
Lukisan peristiwa penobatan Ratu Wilhelmina pada tahun 1898. Kalangan bangsawan kerajaan di wilayah Nusantara turut hadir seperti yang terlihat dalam lukisan ini; Aji Pangeran Mangkunegoro (1) dan Aji Pangeran Sosronegoro (2) dari Kerajaan Kutai Kartanegara serta Raden Mas Kusumowinoto (3) dari Surakarta.
Koleksi: Donald P. Tick, Kepala Pusat Dokumentasi Kerajaan2 di Indonesia (PUSAKA), Vlaardingen, The Netherlands
Foto bersama kalangan bangsawan nusantara, 1898
Foto bersama kalangan bangsawan nusantara yang hadir pada saat penobatan Ratu Wilhelmina pada tahun 1898.
Duduk dari kiri ke kanan:
Aji Pangeran Mangkunegoro (Kutai), Pangeran Ario Mataram (Surakarta), Sultan Hassim Abduljalil Saifuddin (Siak), Aji Pangeran Sosronegoro (Kutai)
Berdiri dari kiri ke kanan:
Putera P. Ario Mataram (Surakarta), Kol. H.H.Dob, Raden Mas Kusumowinoto (Surakarta, pimpinan rombongan bangsawan nusantara), Raden Panji Puspo Admojo (sepupu Susuhunan Surakarta), Kol. G.A. Schouten, Kol. G.A. van de Roemer, Putera P. Ario Mataram (Surakarta)
Koleksi: Donald P. Tick, Kepala Pusat Dokumentasi Sejarah2 Kerajaan di Indonesia (PUSAKA), Vlaardingen, The Netherlands
 Sumber : http://www.kutaikartanegara.com

WISATA KUTAI

WISATA KUTAI

Peta Wisata Kutai 
PETA WISATA KUTAI

Bukit Bangkirai, Kawasan Wisata Alam yang Mempesona


Canopy bridge, andalan wisata alam Bukit Bangkirai
Photo: Yanda, 2003

KutaiKartanegara.com 09/03/03
Jika anda ingin berwisata di akhir pekan, kawasan wisata alam Bukit Bangkirai yang terletak di Kecamatan Samboja mungkin dapat dijadikan pilihan liburan bersama keluarga, relasi atau kekasih. Di kawasan Bukit Bangkirai ini, wisatawan dapat menikmati suasana hutan hujan tropis yang masih alami dan bahkan kicauan burung dan suara-suara satwa hutan lainnya pun masih dapat didengarkan.
Tak hanya itu, para wisatawan yang memiliki masalah berada di ketinggian mungkin dapat mencoba tantangan untuk meniti canopy bridge atau jembatan tajuk yang digantung menghubungkan 5 pohon Bangkirai. Tentunya ada perasaan ngeri namun mengasyikkan bila menyusuri jembatan gantung di ketinggian 30 meter dari muka tanah sementara desiran angin yang sejuk cukup membuat bulu kuduk merinding, apalagi jembatan semakin berayun-ayun di saat kita baru mencapai separo jalan.

Meniti jembatan tajuk (canopy bridge)
Photo: Agri, 2003

Tapi bagi yang jiwanya tidak memiliki masalah terhadap ketinggian, berjalan menyusuri canopy bridge sungguh menyenangkan. Dari atas canopy bridge, wisatawan dapat dengan leluasa melihat panorama hutan hujan tropis (tropical rain forest) Bukit Bangkirai serta mengamati dari dekat formasi tajuk tegakan "Dipteropcarpaceae" yang menjadi ciri khas hutan hujan tropis, yang membentuk stratum atas yang saling sambung menyambung.
Panjang keseluruhan canopy bridge yang ada di Bukit Bangkirai adalah sepanjang 64 meter yang menghubungkan 5 pohon Bangkirai. Untuk mencapai canopy bridge, terdapat dua menara dari kayu ulin yang didirikan mengelilingi batang pohon Bangkirai.
"Canopy bridge yang ada di Bukit Bangkirai ini merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia dan yang kedelapan di dunia. Konstruksinya dibuat di Amerika Serikat, dan dari segi keamanan juga cukup terjamin." kata Ir Ruspian Noor, salah seorang petugas dari PT Inhutani I.

Sebagai kawasan wisata alam, berbagai sarana dan prasarana telah dipersiapkan bagi para wisatawan yang datang seperti restoran dengan menu yang cukup bervariasi, lamin untuk pertemuan yang mampu menampung 100 orang, serta penginapan berupa cottage dengan fasilitas AC maupun jugle cabin, yakni cottage yang tidak dilengkapi fasilitas listrik sehingga wisatawan yang menginap disitu dapat merasakan suasana hutan yang sebenarnya.

Menara menuju canopy bridge
Photo: Yanda, 2003

Kawasan Bukit Bangkirai yang luasnya mencapai 1.500 hektare ini merupakan kawasan hutan konservasi yang mempunyai peran penting untuk mengembangkan monumen hutan alam tropika basah yang dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan lingkungan dan kehutanan.
Kawasan hutan wisata ini bertujuan untuk mengembangkan potensi wisata alam dan penelitian ilmiah serta meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap lingkungan dan hutan. Pada tanggal 14 Maret 1998, 510 hektare dari kawasan ini diresmikan sebagai kawasan wisata oleh Djamalludin Suryohadikusumo, Menteri Kehutanan RI pada Kabinet Pembangunan VI sebagai upaya pengembangan potensi wisata alam dan ilmiah serta untuk meningkatkan kecintaan terhadap lingkungan terutama pada flora dan fauna.
Kawasan wisata alam ini diberi nama Bukit Bangkirai karena dominannya pohon jenis Bangkirai yang tumbuh di kawasan hutan lindung ini. Pohon Bangkirai pun kemudian dijadikan maskot utama obyek wisata yang telah mendunia ini. Di kawasan ini banyak terdapat pohon Bangkirai yang berumur lebih dari 150 tahun dengan ketinggian mencapai 40 hingga 50 m, dengan diameter 2,3 m. Pertumbuhan banir (akar papan) yang besar dan kuat menjadikan pohon ini memiliki nilai keindahan tersendiri.
Bukit Bangkirai terletak sekitar 150 km dari kota Tenggarong atau Samarinda dan hanya sekitar 58 km dari arah kota Balikpapan serta 20 km dari ibukota Kecamatan Samboja. Untuk mencapai kawasan wisata alam ini, wisatawan dapat menempuhnya melalui jalan darat dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua.

Kera ekor panjang, salah satu penghuni Bukit Bangkirai
Photo: Univ. Waterloo, Canada

Secara geografis, kawasan Bukit Bangkirai termasuk dataran rendah (primary lowland) "Dipterocarp forest" yang stabil, sehingga kawasan ini dijadikan tempat invasi burung dari wilayah Kawasan Hutan Taman Wisata Bukit Soeharto (sekitar 30 km) maupun wilayah sekitarnya yang terkena pengaruh kebakaran hutan. Dari pengamatan yang telah dilakukan, terdapat 113 jenis burung yang hidup di kawasan Bukit Bangkirai ini.
Jenis-jenis fauna yang ada di kawasan Bukit Bangkirai adalah Owa-Owa (Hylobates muelleri), Beruk (Macaca nemestrina), Lutung Merah (Presbytus rubicunda), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Babi Hutan (Susvittatus), Bajing Terbang (Squiler) serta Rusa Sambar (Corvus unicolor) yang telah ditangkarkan.


Salah satu pohon yang telah diadopsi
Photo: Agri, 2003

Kawasan Bukit Bangkirai juga kaya akan anggrek alam yang tumbuh secara alami di pepohonan yang masih hidup maupun yang sudah mati. Sedikitnya ada 45 jenis anggrek yang dapat dijumpai di kawasan ini, diantaranya adalah Anggrek Hitam (Coelegyne pandurata) yang sangat terkenal dan menjadi salah satu maskot Kalimantan Timur. Selain pembudidayaan anggrek-anggrek alam, juga dilakukan pengembangan anggrek silangan seperti Anggrek Kala, Anggrek Apple Blossom dan Anggrek Vanda. Selain kebun anggrek, kawasan wisata alam ini juga dilengkapi dengan kebun buah-buahan seluas 4 hektare.
Untuk menjaga keutuhan dan kelestarian pohon bangkirai di kawasan ini, pihak pengelola Bukit Bangkirai menawarkan program Adopsi Pohon kepada para sponsor atau donatur untuk menjadi "orangtua asuh" bagi pohon-pohon bangkirai yang dikehendaki. Saat ini pengadopsian pohon tersebut banyak dilakukan oleh pihak VIVO JICA Japan. Anda tertarik untuk mengadopsi sebuah pohon? Datanglah ke Bukit Bangkirai, berekreasi sambil melestarikan alam. (win)

Waduk Panji Sukarame yang Masih Diminati Wisatawan Lokal


Waduk Panji Sukarame yang masih diminati para pelancong

Photo: Agri

KutaiKartanegara.com 29/11/03 22:57 WITA
Walau kalah pamor dibandingkan pusat rekreasi Pulau Kumala ataupun Museum Mulawarman, kawasan wisata alam Waduk Panji Sukarame yang terletak sekitar 3 km dari pusat kota Tenggarong tampaknya masih tetap diminati para wisatawan lokal atau pelancong dari kota-kota utama di Kaltim.
Terutama pada hari Sabtu dan Minggu atau hari libur nasional, kawasan waduk yang tak lagi difungsikan untuk pengairan ini selalu saja dikunjungi rombongan pelancong atau pasangan muda-mudi dari luar kota seperti Samarinda, Balikpapan, Bontang maupun kota-kota lainnya.

Salah satu sudut kawasan Waduk Panji Sukarame
Photo: Agri

Untuk memasuki Waduk Panji Sukarame dikenakan karcis masuk sebesar Rp 500 per orang baik dewasa maupun anak-anak. Selanjutnya para pelancong dapat berjalan kaki mengitari kawasan ini, melihat-lihat koleksi tanaman anggrek atau bersantai duduk-duduk dibawah pepohonan yang rindang sambil menikmati suasana hutan yang tenteram dan sejuk.
"Banyak juga yang datang kesini berombongan hanya untuk beristirahat makan siang  seperti rombongan dari Bontang itu," ujar Amat, salah seorang petugas loket Waduk Panji Sukarame, sambil menunjuk kearah rombongan pelancong yang sedang menyantap makanan dibawah pepohonan. Rombongan yang terdiri dari sekitar 40 orang tersebut tampak dengan lahap menikmati makanan yang mereka bawa sendiri.

Pergola dengan tumbuhan merambat diatasnya memberikan keteduhan bagi para pelancong yang berjalan ditepi waduk
Photo: Agri

Menurut Amat, biasanya para pelancong dari luar kota tersebut baru mengunjungi Waduk Panji Sukarame setelah berwisata ke Museum Kayu yang letaknya tak jauh dari waduk atau setelah mengunjungi Museum Mulawarman.
Disinggung mengenai tingkat kunjungan ke Waduk Panji Sukarame selama libur lebaran beberapa hari ini, dikatakan oleh Amat bahwa pada hari kedua lebaran cukup ramai dikunjungi. Kemudian pada hari ketiga dan hari keempat kemarin (28/11) cukup sepi dan mulai ramai lagi pada hari ini. "Kemungkinan besok Minggu juga ramai, dan biasanya ada hiburan band di rumah makan itu," ujar Amat sambil menunjuk sebuah bangunan berlantai dua yang terletak di lereng tepi waduk ini.

Rerumputan liar yang telah 'menghijaukan' permukaan waduk
Photo: Agri

Kapal Kartanegara, kapal bersejarah yang juga terkesan tak terawat lagi
Photo: Agri

Tak Terurus
Sementara itu, salah seorang pelancong asal Samarinda menyayangkan kondisi Waduk Panji Sukarame yang terkesan tak terurus. "Seharusnya Pemda Kukar juga memperhatikan kawasan waduk ini, coba lihat banyak rumput atau tumbuhan liar menutupi permukaan waduk. Andai dibersihkan kemudian diberi permainan sepeda air, mungkin lebih banyak lagi wisatawan yang datang kesini," kata Lukman, warga Sempaja, Samarinda.
Pendapat pelancong tersebut memang ada benarnya, hampir 70% permukaan waduk hanya terdiri rerumputan dan tanaman liar yang tumbuh dengan subur. Pemandangan yang sama juga  terlihat disekitar kapal Kartanegara, tanaman-tanaman liar tampak tumbuh subur disekeliling kapal bersejarah pemberian Ratu Belanda kepada Sultan Kutai tersebut.
Menurut Lukman yang datang bersama 3 orang temannya ini, jika Waduk Panji Sukarame didandani atau dipercantik lagi, tak menutup kemungkinan kawasan ini juga berpotensi dalam mendongkrak PAD Kukar dari sektor pariwisata. "Jangan hanya Pulau Kumala saja dong yang giat dibangun," demikian katanya. Bagaimana Dinas Pariwisata Kukar? (win)

Menengok Museum Kayu Tuah Himba di Tenggarong


Gedung Museum Kayu Tuah Himba yang terletak di kawasan Waduk Panji Sukarame
Photo: Agri

KutaiKartanegara.com 06/12/03 20:20 WITA
Para pelancong atau wisatawan yang berkunjung ke 'Kota Raja' Tenggarong memiliki banyak pilihan untuk menghabiskan liburan bersama keluarga. Salah satunya adalah dengan mengunjungi Museum Kayu "Tuah Himba" yang terletak di kawasan Waduk Panji Sukarame atau sekitar 3 km dari pusat kota Tenggarong.
Dengan berkunjung ke Museum Kayu Tuah Himba, pelancong dapat menambah wawasan atau pengetahuan dengan melihat-lihat beraneka macam koleksi yang berkaitan dengan kehutanan. Beraneka koleksi yang disajikan tersebut diantaranya adalah koleksi daun-daun kering (herbarium), koleksi biji-bijian, koleksi potongan log atau batang pohon yang tumbuh di pulau Kalimantan, alat-alat pengolah kayu, alat-alat dapur tradisonal hingga perabot rumah tangga yg terbuat dari hasil hutan Kalimantan.

Koleksi herbarium atau daun yang telah dkeringkan tersusun rapi dalam rak
Photo: Agri

Selain menampilkan hasil-hasil hutan, daya tarik utama yang disajikan Museum Kayu Tuah Himba yang menyedot perhatian pelancong umumnya adalah koleksi dua ekor 'monster' buaya yang telah diawetkan. Kedua ekor buaya muara (Crocodelus porosus) ini pernah menggegerkan masyarakat Kaltim pada tahun 1996 karena telah memangsa dua manusia di dua tempat terpisah yakni Sangatta (Kabupaten Kutai Timur) dan Muara Badak (Kukar) dalam selisih waktu hanya satu bulan.
Kedua buaya ini setelah dibunuh untuk mengeluarkan potongan tubuh korban yang tertinggal didalam perutnya, kemudian diawetkan untuk dipajang di Museum Kayu Tuah Himba. Siapa pun yang melihat buaya yang ditaruh dalam etalase kaca ini akan bergidik jika membayangkan buaya yang badannya 2-3 kali tubuh manusia tersebut benar-benar hidup.

Beberapa pengunjung mengamati 'monster' buaya yang telah diawetkan
Photo: Agri

Salah satu buaya muara yang pernah memakan korban manusia
Photo: Agri

Buaya pertama ditangkap pada 8 Maret 1996 di sungai Kenyamukan, Kecamatan Sangatta (waktu itu masih masuk wilayah Kabupaten Kutai sebelum pemekaran) setelah memangsa seorang wanita bernama Ny Hairani (35). Buaya jantan berusia sekitar 70 tahun dengan jenis kelamin jantan ini memiliki panjang sekitar 6,6 meter, berat 350 kg dan lingkar perut 1,8 meter.
Sementara buaya kedua dengan jenis kelamin betina yang memangsa pria bernama Baddu (40) di Tanjung Limau, Kecamatan Muara Badak (Kabupaten Kukar) berhasil ditangkap pada tanggal 10 April 1996. Buaya ini memiliki panjang 5,5 meter, berat 200 kg deng lingkar perut sekitar 1 meter.
Untuk melengkapi informasi mengenai kedua buaya yang telah diawetkan ini, pengelola Museum juga memajang guntingan koran yang berisi berita mengerikan mengenai buaya yang memangsa manusia ini, termasuk berita tertangkapnya buaya ini oleh pawang buaya yang sangat berpengalaman di Kutai.
Dengan karcis masuk hanya sebesar Rp 500 per orang baik untuk dewasa maupun anak-anak, para pelancong dapat memasuki Museum Kayu Tuah Himba untuk melihat-lihat koleksi hasil hutan dan dua buaya yang telah diawetkan tersebut. Museum Kayu ini buka hampir setiap hari, kecuali hari Senin. (win)

Museum Mulawarman, Obyek Wisata yang Masih Jadi Primadona


Suasana Museum Mulawarman yang selalu ramai dikunjungi setiap hari libur
Photo: Agri

KutaiKartanegara.com 18/01/04 20:20 WITA
Salah satu obyek wisata bersejarah di kota Tenggarong yang saat ini masih menjadi primadona pariwisata Kutai Kartanegara adalah Museum Mulawarman. Setiap hari libur, bekas keraton atau istana Kesultanan Kutai Kartanegara ini tak pernah sepi dari kunjungan para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Bangunannya yang megah dan didominasi warna putih menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk selalu menyempatkan diri berpose didepan keraton yang dirancang dengan gaya arsitektur kolonial ini. Bangunan ini sendiri dirancang oleh Estourgie dari Hollandsche Beton Maatschappij (HBM) yang dibangun pada tahun 1936 tepat pada masa pemerintahan Sultan Adji Mohamad Parikesit.

Singgasana Sultan Kutai Kartanegara
Photo: Agri

Begitu memasuki ruang pertama Museum, kita dapat melihat benda-benda bersejarah peninggalan Kesultanan Kutai Kartanegara seperti singgasana Sultan Kutai yang diapit dua arca Lembu Swana, sementara di latar belakangnya terdapat dua mozaik gambar Sultan Kutai Kartanegara ke-17 AM Soelaiman dan Sultan Kutai Kartanegara ke-18 AM Alimoeddin. Selain itu ada pula lukisan Sultan AM Parikesit, payung kebesaran Kesultanan serta tiga buah patung perunggu dari Eropa.
Masih banyak lagi koleksi benda-benda peninggalan Kesultanan Kutai Kartanegara yang dapat dilihat melalui Museum Mulawarman, misalnya lemari kristal yang didalamnya tersusun rapi seperangkat alat upacara Pangkon Perak, perhiasan, keris dan tombak, kursi santai yang biasa digunakan Sultan untuk beristirahat, ada pula rehal atau alas kitab suci Al Qur'an dan kursi yang terbuat dari tanduk rusa Siberia dan tanduk rusa lokal yang biasa digunakan keluarga Sultan untuk mengaji.

Koleksi benda-benda bersejarah seperti arca dan prasasti yang dapat dilihat di Museum Mulawarman
Photo: Agri

Memasuki bagian dalam Museum, koleksi yang disajikan makin beragam. Ada benda-benda arkeologi berupa prasasti dan arca-arca peninggalan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yakni Kerajaan Kutai Martadipura yang terkenal dengan rajanya Mulawarman. Selain itu, ada pula koleksi hasil tenunan dari suku Dayak Benuaq yang dikenal dengan nama ulap doyo lengkap dengan alat tenun tradisionalnya. Ada pula koleksi ukiran-ukiran khas dari suku Dayak Kenyah, Benuaq, Busang, Modang, Punan dan etnis Dayak lainnya.
Sementara pada ruang bagian belakang, kita dapat menyaksikan minirama mengenai lahirnya Aji Batara Agung Dewa Sakti yang kemudian menjadi raja Kutai Kartanegara pertama, lahirnya Puteri Karang Melenu yang kemudian menjadi permaisuri raja Kutai Kartanegara pertama, ada pula minirama pertambangan batubara, industri kayu, tanaman khas Kalimantan, Pesut Mahakam dan masih banyak lagi.

Kompleks makam raja dan kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara yang terletak disamping Museum Mulawarman
Photo: Agri

Selain itu, terdapat pula koleksi uang kuno yang pernah beredar pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Jepang hingga Indonesia merdeka. Sebelum keluar dari Museum Mulawarman, pengunjung terlebih dahulu melewati ruang bawah tanah yang menyajikan koleksi ratusan keramik kuno buatan Cina, Thailand, Vietnam, Jepang, Eropa dan masih banyak lagi.
Sajian koleksi Museum Mulawarman ditutup dengan benda-benda koleksi nusantara seperti pakaian adat tiap provinsi di Indonesia, miniatur candi Borobudur dan Prambanan, tenunan dari daerah Sumatera, senjata tradisional serta alat musik tradisional.
Begitu keluar dari Museum Mulawarman, pandangan kita akan tertuju pada sebuah bangunan kayu yang tak lain adalah kompleks makam Sultan dan para kerabat Kesultanan Kutai Kartanegara. Disinilah dapat dijumpai makam pendiri kota Tenggarong Aji Imbut gelar Sultan AM Muslihuddin, makam Sultan AM Sulaiman dan Sultan AM Parikesit.
Bagi pengunjung yang ingin melepas lelah, di kompleks Museum Mulawarman juga terdapat warung-warung yang menyajikan aneka makanan dan minuman. Tak hanya itu, kios-kios cenderamata juga tersedia bagi para wisatawan yang ingin membawa pulang kenang-kenangan khas Kalimantan Timur. (win)
Sumber : http://www.kutaikartanegara.com

Pulau Derawan "Surga Dunia di Kaltim"

Yuk . . . Jalan-jalan ke Derawan - Kepulauan Derawan terletak di Laut Sulawesi, di pantai Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, menghadap ke mulut muara Sungai Kelai dikenal sebagai Delta dan Berau. Kepulauan ini terdiri dari enam pulau besar, yaitu Derawan, Sangalaki, Kakaban, Maratua, Long Island, Pulau Samama, dan beberapa pulau kecil dan gugus karang. 


Di pulau Derawan ada sejumlah objek wisata bahari menawan, salah satu Taman Bawah Laut yang dicari turis asing, terutama para penyelam kelas dunia. Setidaknya empat dari pulau-pulau yang terkenal, yaitu Maratua, Derawan, Sangalaki, dan Kababan dihuni oleh satwa liar langka: penyu hijau dan penyu sisik. Selain itu, ada juga pari manta yang menghuni Sangalaki. 

pulau  derawan
 
 
Cara Mencapai Kepulauan Derawan? 
Jika berangkat dari Jakarta, maka Anda harus mengambil penerbangan ke Balikpapan, kemudian dilanjutkan dengan penerbangan ke Tanjung Redep. Sesampainya di Tanjung Redep diikuti dengan perjalanan ke darat penyeberangan Tanjung Batu. Pulau Derawan dapat dicapai dari Tanjung Batu dengan menggunakan speedboat. Selama berada di Kepulauan Derawan, untuk mengunjungi pulau-pulau yang telah menggunakan speedboat sebagai sarana transportasi. 
Bagaimana Akomodasi Di Sana? 
Anda dapat memilih akomodasi dengan harga mahal dan murah. Agen perjalanan yang biasanya melayani wisatawan asing akan menawarkan harga dalam dolar. Dengan harga kamar homestay yang harus dibayar sekitar Rp 100 ribu rupiah. Homestay dilakukan dengan memanfaatkan ruangan di rumah penduduk setempat. Ada juga bungalow dengan kisaran harga Rp 300 ribu hingga jutaan rupiah. Bagaimana anda tertarik? Ayo langsung saja berlibur ke derawan dan nikmati keindahannya.